KlikMadiun – Sejak diterimanya mesin panen Combine Havester dari Kementrian Pertanian melalui Dinas Pertanian dan Perikanan Kab Madiun terus giat melakukan latihan. Ini bertujuan agar alat ini dapat dipergunakan sesuai dengan harapan para patani. Berdasarkan fakta dilapangan saat pelatihan, ternyata alat pemanen padi bantuan pemerintah ini ada kendala dalam pengoprasionalnya. Kendala terjadi saat musim penghujan, hal ini karena roda pada alat jenis ini kurang peka terhadap jalan berlumpur.
Menanggapi permasalahan ini Dinas Pertanian dan Perikanan Kab Madiun mengadakan pelatihan tentang bagaimana cara mengoprasikan alat tersebut. Dalam pelatihan yang dilaksanakan di dusun Sumbersoko desa Mejayan Kecamatan Mejayan, dinas Pertanian mengundang penyedia barang sebagai leadernya. Karena yang tau jenis, type alat dan kegunaaya adalah penyedia barang.
Selain dihadiri para petani dari Sumbersoko turut hadir pada pelatihan tersebut adalah Muspika dari Kec Mejayan. Perlu diketahui, alat panen yang datang pada bulan September 2017 sudah dibagikan ke 12 kelompok petani yang ada di Kab Madiun. Adapun kelompok yang mendapatkan alat tersebut; Kec Mejayan terdapat 2 kelompok tani, Kec Madiun 2 kelompok, Kec Belerejo 2 kelompok, Kec Jiwan 1 kelompok, Kec Wungu 1 kelompok, Kec Pilangkenceng 1 kelompok, Kebonsari 1 kelompok, serta Kec Saradan 1 kelompok.
Sanah selaku ketua kelompok tani Dwi Sri desa Mejayan mengatakan, alat bantuan Tipe combine havster ukurang sedang sangat membantu bagi kelompok tani, sebab jaman sekarang ini sulitnya mencari tenaga manual atau tenaga manusia, tapi masih ada kekurangan pada roda saat pengoprasianya.
” Kalau di jalan aspal jalan desa yang tekstur tanahnya keras itu tidak ada masalah, tapi saat musim hujan dibawa menuju jalan persawahan saat musim penghujan itu sulit, sebab jalan becek dan berlumpur menyebabkan rodanya nancap ke dalam tanah, sehingga sulit untuk muter", terang Sanah.
Bantuan alat Combine Havester sangat membantu sekali para petani untuk menekan biaya saat panen yakni saat digunakan alat ini sekali produksi selama 4 sampai 5 jam perhektarnya hanya butuh biaya 2 juta, dengan asumsi biaya kotor lahan perkotaknya 300 ribu rupiah.
Roeminingsih selaku Kasi Produksi Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Dan Perikanan Kab Madiun mengatakan, alat combine harvester sebenarnya ada beberapa type serta jenis peruntukanya baik bentuk alat kecil, sedang dan besar, sementara yang di terima oleh para petani dari 12 kelompok ini memang bukan untuk roda berlumpur.
” Jadi permasalahan yang di sampaikan oleh kelompok tani ini sudah sesuai pengajuan alat, dalam hal ini dinas cuma pendataan kelompok mana yang berhak menerima. Biar dalam pelaksanaan pelatihan lebih jelas dan gamblang, makanya kita terjunkan langsung petugas penyedia barang atau pembuatnya. Sehinga Kalau ada kesulitan dan permasalahan dari para petani akan langsung ditanggapi. Dan alat ini masih dalam garansi hingga akhir tahun 2017”, kata Roeminingsih.
Dinas pertanian berharap, para kelompok tani yang sudah mendapatkan pelatihan dan bantuan alat bisa mengelola alat tersebud dengan baik dengan system SKO ( Sistem Kerjasama Operasional ), yakni para anggota kelompok bisa menyewa alat tersebud dengan membayar ke pengurus kelompok dan operator alat saat musim panen, hasilnya nanti di tabung, agar para kelompok bisa membeli sendiri alat dengan type yang lain sesuai kebutuhan.( ADV)
إرسال تعليق