Bisnis Kerupuk Rambak, Bermodal 500 Ribu Hingga Beromzet 25 Juta



Kota Madiun, klikmadiun.com  -  Geliat pelaku UMKM menjadi magnet tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Meski berskala kecil maupun menengah, namun dalam perkembangannya pelaku UMKM mampu berjaya menjadi kompetitor pelaku gurita bisnis.


Seperti perjuangan seorang entepreneur muda Aris Budianto asal Kota Madiun. Ia memilih bisnis produksi kerupuk rambak untuk menyambung hidup. Berawal dari kisah pahit menjadi salesman di sebuah perusahaan furniture yang gajinya dari komisi penjualan produk.

"Dulu saya ikut menjadi marketing furniture,  tapi tidak pernah dapat komisi. Jadi saya memutar otak untuk mencari penghasilan tambahan,"kenang Aris saat bercerita awal mula memulai bisnis kerupuk rambaknya pada Senin (7/4/2025).


Bisnis kerupuk rambak Syailendra diawali pada masa ketika semua bisnis tiarap karena pandemi Covid-19 pada tahun 2019. Dengan modal awal sebesar 500 ribu rupiah, Aris nekat memulai usahanya.

"Modal awal cuma 500 ribu. Pertama membuat kemasan kecil harga dua ribuan,"ceritanya.

Bukan pengusaha namanya kalau tidak berinovasi. Aris dibantu istrinya dalam memproduksi kerupuk rambak, mencoba memberikan sentuhan lain pada produknya.

"Saya membeli mentah dan saya proses dengan ditambah bumbu racikan istri, Alhamdulillah berjalan. Awal mula produksi  tiga kilogram, kini sekali produksi bisa 25 k
ilogram sekali goreng,"jelas Aris.



Selain itu, ia juga membuat kemasan rumpuk rambak Syailendra berbeda dengan yang ada di pasaran. Ia membuat kemasan premium dengan dua rasa yaitu original dan pedas. Ternyata varian rasa dan kemasan eksklusif banyak diminati pembeli terutama kawula muda. Hal ini juga yang akhirnya mendongkrak penjualan kerupuk rambaknya.

"Awal mula omzet cuma 500 Ribu rupiah,  sekarang 15 juta sampai  25 juta per bulan tergantung hari besar. Seperti lebaran saat ini omzet bisa diatas 25 juta,"lanjutnya.

Keuletan Aris dalam memasarkan kerupuk rambak Syailendra membuahkan hasil. Kini ia memiliki tiga orang karyawan di bagian produksi dan dua orang pekerja marketing. Bahkan ia pernahengirim produknya untuk ekspor ke Belanda.

"Untuk pemasaran dulunya hanya wilayah Kota Madiun yaitu warung nasi padang dan toko-toko kecil. Dengan kemasan premium produk kami bisa masuk ke minimarket dan pusat oleh-oleh. Sekarang merambah wilayah Ponorogo, Magetan, Caruban dan Karanganyar Jawa Tengah. Bahkan kami pernah kirim ke Belanda. Pasar kami bukan cuma pusat oleh2 tapi juga  minimarket,"ungkapnya.


Namun ia mengaku bahwa perputaran uang hasil penjualan memang tidak bisa berjalan dengan cepat

"Kendala ada di modal karena rata-rata memakai sistem konsinyasi atau titip jual. Sehingga kami harus memiliki modal ganda. Sebenarnya banyak target pemasaran yang belum kami jangkau. Semoga pemerintah lebih bisa memperhatikan pengusaha kecil seperti kami. Karena justru dari bisnis kecil seperti ini tercipta lapangan kerja,"pungkasnya.(klik-2)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama