KlikMadiun – Kondisi jalan Ngawi – Mantingan yang 70
persen rusak, disebabkan oleh banyak hal. Diantaranya adalah akibat tonase
berlebihan, curah hujan yang terus menerus dan volume kendaraan yang lewat.
Suwignyo, Staf Teknis Dinas Pekerjaan Umum
Pengairan Provinsi Jawa Timur mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan.
Diantaranya adalah tonase armada angkut darat yang berlebihan, volume kendaraan
yang padat, kontur tanah yang masih labil pada sebagian ruas, serta curah hujan
yang hingga sekarang masih berlangsung.
“Jalan nasional ini, bisa dilalui oleh beban 35
ton. Aturannya bergitu. Tetapi tidak sedikit kendaraan yang muatannya melebihi
dari ketentuan yang seharusnya,” kata Suwignyo. Dia tidak banyak berkomentar
soal kendaraan yang tidak berbelok ke jembatan timbang, atau sengaja dibiarkan
membawa beban lebih, tetap melaju. “Bukan ranah saya berbicara ke arah situ,”
katanya.
Tetapi, kelebihan tonase inilah yang menurut
Suwignyo yang menyumbang besar terhadap percepatan kerusakan jalan. “Memang ada
beberapa ruas yang konturnya mash labil, bisa menyebabkan jalan rusak, atau air
hujan yang bisa mempercepat rusaknya aspal. Tetapi kelebihan tonase, sangat
besar pengaruhnya terhadap kerusakan jalan,” ujarnya.
Faktor lain yang juga berkontribusi terhadap
rusaknya jalan adalah volume kendaraan yang tinggi. “Kalau kendaraan mau ke
Surabaya, atau Madiun, atau Ponorogo, atau Magetan, maka jalur yang dilewati
dalah jalur Mantingan – Ngawi ini. Sehingga volume kendaraan di ruas ini lebih
padat, yangberkontribusi pada kerusakan jalan,” tutur Suwignyo.
Sementara itu di jalur lain, yaitu Madiun –
Caruban, Madiun – Maospati – Ngawi, serta jalur Madiun – Ponorogo, kerusakan
jalan hanya munculnya lubang di jalan. “Itu juga lubang kecil, dan perbaikan
yang dilakukan hanyalah penambalan,” kata Suwignyo. (klik-1)
Posting Komentar