KlikMadiun.com – Magetan Jawa Timur tidak hanya memiliki Telaga Sarangan
yang terkenal. Tetapi juga mempunyai sentra industri kerajinan kulit. Salah
satunya adalah kerajinan sepatu. Namun belakangan, sejumlah institusi memesan
sepatu Search and Resque maupun sepatu militer ke pengrajin.
Salah satu unstitusi yang memesan sepatu SAR ke pengrajin adalah Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Magetan. “Waktu itu saya hanya
diberi foto sepatu untuk patugas SAR. Setelah satu spesifikasinya, saya hanya
membuat satu sepatu sebagai contoh,” ujar Teguh Cahyono, pengrajin sepatu,
Selasa 12 April 2016.
Teguh hanya membuat satu sepatu dalam waktu 3 hari. “Karena ini sepatu
untuk segala medan, maka kekuatan adalah hal yang menjadi patokan utama. Oleh
karenanya, saya memakai kulit, kain, benang
serta sol sepatu nyang kualitas unggul,” ujarnya saat di temui di rumah
di Kelurahan Sukosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan.
Setelah satu sepatu jadi, sepatu SAR yang didominasi oleh kulit sapi
itu, dibawa ke Kantor BPPD Magetan. “Sehari setelahnya, mereka memesan 35
pasang sepatu dengan spesifikasi seperti yang saya buat itu, dengan harga Rp350
ribu perpasang,” tuturnya.
Pemesanan sepatu SAR, tidak berhenti sampai disitu. “Beberapa anggota
BPPD datang ke saya untuk memesan langsung. Mereka bilang, teman-teman anggota
BPPD di daerah lain, tertarik dan memesan kepada dia. “Kalau lewat orang lain,
tentu harganya lebih mahal karena mereka mengambil untung juga,” tambahnya.
Selai sepatu SAR, Teguh juga pernah membuat sepatu pesanan untuk anggota
Paskhas, pasukan elit TNI Angkatan Udara. “Ceritanya juga mirip, ada anggota
TNI AU yang datang dan membawa foto sepatu militer. Dia bilang untuk pasukan
Paskhas,” kata pengrajin yang mempunyai 4 karyawan ini.
Teguh hanya dipesan untuk membuat 2 sepatu saja, sesuai dengan foto
contoh. “Jadi ternyata yang saya buat itu, digunakan sebagai contoh sepatu
Paskhas. Selebihnya mereka memesan ke perusahaan pembuat sepatu militer,”
tambahnya.
Kemampuan membuat sepatu SAR atau militer, sebenarnya sudah dimiliki
oleh para pengrajin sepatu di Magetan ini. Tetapi mereka sering terbentur
susahnya mendapatkan tenaga kerja. “Kalau saya punya karyawan lebih banyak,
semakin banyak yang saya bisa kerjakan. Saat ini saya sudah beberapa kali menolak pesanan yang berbatas waktu. Susah
mendapatkan pekerja,” tukasnya.
Susahnya mendapatkan tenaga kerja, juga diakui oleh Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Magetan. Hal itu ditunjukkan dengan sedikitnya kulit
samak yang terserap oleh pengrajin kulit Magetan. “Kulit samak hasil pengrajin,
hanya terserap sekitar 10-15 persen oleh pengrajin kulit Magetan. Sedangkan
kulit samak dijual ke luar Magetan hingga 85 persen. Jika saja banyak pekerja
di kerajinan kulit, tentu kulit samak yang terserap lebih dari itu,” ujat Gatut
Purwanto, Kasi Industri Kulit dan Bahan Bangunan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Magetan.
Setiap tahun, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan
melatih sekitar 80 orang baru untuk bekerja di kerajinan kulit ini. “Mereka
kita latih dari nol hingga siap bekerja di kerajinan kulit. Tetapi tidak hanya
di bidang pembuatan sepatu saja, ada juga kita siapkan di pembuatan jalet
kulit, tas dan dompet,” tambah Gatut.
Data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan
menujukkan, sedikitnya ada150 penyamak kulit di Magetan, dengan hasil sebanyak
90.355. 989 feet kulit samak, setara dengan Rp46,573 miliar. “Kalau saja semua
bisa terserap ke pengrajin kulit di Magetan, saya yakin kehidupan pengrajin
semakin baik lagi,” kata Gatut.
yang digunakan untuk menembak, juga
masih dalam penyelidikan kami,” ujar Basuki.
Posting Komentar